Info lebih lanjut..., klik gambar ini.....!

Sabtu, 08 Oktober 2011


Rabu, 25 Mei 2011

Keroncong Goes to Lampung

Silaturahmi, Sosialisasi, Komunikasi & Konsolidasi

Setelah ditunggu hampir tiga bulan lamanya, maka terselenggara pula “Keroncong Goes To Lampung” (KGTL) yang digelar di Menara Siger Bakauheni Lampung, Minggu 22 Mei 2011. Acara yang diselenggarakan oleh Komunitas Pecinta Musik Keroncong Lampung, kerja bersama dengan Yayasan Pecinta Keroncong (YPK) Tjroeng, Krontjong Toegoe, Tegar TV Lampung dan koran Lampung Ekspres itu tak hanya pentas musik keroncong, namun diisi pula dengan dialog dan berbagi pengetahuan mengenai musik keroncong bersama Ages, pegiat keroncong dari Jakarta, pula menghadirkan Iin Indriani, punggawa acara Gebyar Keroncong TVRI.

Acara yang digagas oleh Kharisma Keroncong 90.9 LITA FM Bandung ini, sebenarnya sebuah ‘langkah pembuka’ untuk silaturahmi, sosialisasi, komunikasi dan konsolidasi diantara para krontjongers Lampung dengan segenap potensi yang sevisi, untuk pengembangan keroncong di tanah air, khususnya di Lampung. Langkah awal itu diharapkan berujung pada aksi nyata dalam bentuk kegiatan lanjutan berupa “Parade Keroncong Lampung” yang akan digelar pada masa mendatang. Tak dipungkiri, KGTL yang diinspirasi oleh produksi siaran TV Lokal dari “Keroncong On The Spot” milik Tegar TV Lampung ini, benar benar menjadi pemicu bagi program radio “Kharisma Keroncong Goes To Kampoeng” 90.9 LITA FM Bandung.

KGTL, menjadi ajang silaturahmi para pegiat keroncong, setidaknya ini langkah nyata dalam bentuk pertemuan langsung. Selama ini, banyak diantara krontjongers hanya berkomunikasi via internet. Banyak diantaranya salaing berteman dalam jejaring social FaceBook. Tentu, untuk berkomunikasi mengenai keroncong via internet, ada keterbatasan. Maka dengan silaturahmi langsung ini, tak hanya silaturahmi yang terjalin, komunikasi dan sosialisasi pada unsur pemerintahan, minimal perkenalan keroncong dapat terjadi. Pula konsolidasi awal, dapat dilakukan agar kegiatan yang akan dirancang kedepan, dapat diketahui lebih dini.

Adalah Dani Wahyudi S.STP, M.Si adalah Camat Bakauheni, yang mewakili Bupati Lampung Selatan dan hadir sejak awal acara hingga usai. Dalam sambutannya, Dani menyambut gembira gelaran KGTL di Menara Siger Lampung. Setidaknya, sebuah kebanggaan bagi dirinya dan warganya, Menara Siger yang diwilayahnya menjadi lokasi KGTL. Kedepan ia berharap, tak hanya komunitas keroncong yang dilibatkan, namun masyarakat umum juga bisa menikmati keroncong, sehingga makin dikenalnya keroncong di Lampung. Dani menyebut, selayaknya kedepan keroncong tidak tanggung tanggung dalam melakukan perubahan seperti yang dilakukan Bondan Prakoso dengan Keroncong Prothol-nya. Sebuah keniscayaan, keroncong akan mengena dan diminati kalangan generasi muda.

Dani yang sempat ‘dipaksa’ menyanyi, akhirnya berhasil melantunkan karya almarhum Gesang yang monumental langgam Bengawan Solo. Dengan membaca langsung teks lagu itu dan didampingi Iin Indriani, Dani yang mengaku belum pernah nyanyi diiringi orkes keroncong merasa grogi dan kaku. Namun demikian, aksi Camat muda yang trendy itu diapresiasikan para krontjingers dengan bertepuk tangan usai ia menyanyi.

BW
-------
Terimakasih kepada semua pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak, sehingga Keroncong Gos To Lampung berjalan dengan sukses dan lancer. Tak Ada Gading Yang Tak Retak. Suatu keniscayaan, banyak kekurangan dalam penyelenggaraannya. Tapi tak bijak juga bila yang terjadi adalah, Gading Gajah Retak namun tak digunakan apapun. Lebih baik Gading Gajah Retak, karena digunakan. Kepada anda pra krontjongers, ditunggu aspirasi dan usaha nyata untuk mewujudkan yang terbaik bagi keroncong di tanah air.

Kamis, 03 Maret 2011

DAN….PEMENANGNYA ADALAH KERONCONG

“Tak ada keberpihakan kepada siapapun dan apapun, pihak manapun. Hanya satu, berpihak kepada keroncong. Dan…pemenangnya adalah keroncong”. Ini adalah cuplikan singkat yang saya sampaikan, sesaat sebelum Andre Juan Michiels pimpinan Krontjong Toegoe, menyerahkan piagam penghargaan dari-nya, kepada Ketua HWK Jawa Barat dan Ketua HWK Kota Cimahi. Andre menilai, upaya yang telah dilakukan oleh Himpunan Wanita Karya (HWK) sepatutnya mendapat penghargaan, khususnya dari para penggiat keroncong. Betapa tidak, organisasi yang sama sekali “tidak berbau” keroncong itu, mampu menyelenggarakan sebuah lomba untuk “keroncong”.

Halnya sebagai pengelola program siaran acara Kharisma Keroncong di 90.9 LITA FM Bandung. Saya berpikiran yang sama, lalu tersinergikan sebagai sebuah ‘dukungan kecil’ kepada penyelenggara. Sebagai praktisi media penyiaran, dan mewadahi para pegiat keroncong untuk beraktualisasi, berapresiasi dan berekspresi, saya menawarkan kepada pihak yang terketuk hati untuk turut serta dalam kegiatan Lomba Nyanyi Lagu Sunda Iringan Musik Keroncong. Gayung bersambut. Andre Juan Michiels pimpinan Krontjong Toegoe-pun berminat untuk memberikan dukungan. Maka, terjadilah.

Saya secara pribadi menilai, apa yang dilakukan Andre Juan Michiels sangatlah tepat. Disaat banyak pihak yang terus berupaya agar music keroncong tetap dan senantiasa berkibar tak hanya di negeri sendiri, ia juga berpikiran sama. Hanya, bhakti pada keroncong haruslah nyata dan tak hanya dalam tataran wacana apalagi sekadar debat teori. Ini bisa dimengerti, jika menoleh jauh kebelakang dan masa lampau, tak diragukan lagi bahwa menyebar-nya music keroncong diseantero jagad dan telah banyak diketahui public, awalnya dari Kampoeng Toegoe. Sebuah kampung di Jakarta Utara dimana para leluhur Andre JM yang memainkan music crang crung crang crung yang akhirnya kita kenal dengan keroncong itu. Dan Andre tak ingin terjebak dalam polemik siapa mewariskan apa, pula apa yang diwariskan nenek moyangnya kepada siapa. Baginya hanya satu, kini keroncong sudah menjadi milik anak bangsa ini.

Frame masa lalu, berpadu pada cita cita dimasa datang serta kondisi nyata dilapangan saat inilah, yang menggerakkan Kharisma Keroncong 90.9LITA FM untuk menggandeng Krontjong Toegoe, memberikan dukungan pada lomba ini. Jika ingin disebut keroncong masih menggema di masyarakat, bisa jadi iya bisa pula tidak. Nyatanya, tak banyak generasi muda yang ter-influence keroncong. Namun, disisi lain tak sedikit pula para sepuh dan generasi tua, masih ingin “bermain-main” dengan keroncong. Ditambah, untuk membantah sebuah anggapan bahwa keroncong tak hanya milik para pegiatnya saja. Maka, dibutuhkan proses panjang untuk ‘kembali’ menata-nya, agar keroncong tidak dipaksakan digemari beragam kalangan. Lebih dari itu, kedepan sebuah harapan agar keroncong tak hanya menjadi klangenan, namun mampu berkembang, seiring dengan perjalanan waktu dan zamannya.

Upaya inilah yang seharusnya terus dan senantiasa dipikirkan dan dilakukan langkah nyata oleh para pegiat keroncong. Apa yang dilakukan HWK, adalah sebuah langkah nyata. Bahwa, kemeriahan dan kesuksesan tidak diukur dari banyaknya peserta, atau parameter apapun, mereka telah membuktikannya. Bahkan, kedepan beberapa terobosan akan ditempuh, dengan melibatkan para pegiat keroncong.

Bagi saya, tak ada yang lebih santun saat upload puluhan gambar ini, selain ungkapan terimakasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang memiliki dan menunjukkan komitmen-nya melalui beragam cara dalam menjaga dan mengembangkan keroncong. Pula kepada puluhan peserta lomba dari remaja, dewasa dan para lansia yang telah rela berkeroncong. Anda memang para juara dan pemenangnya. Namun yang lebih hebat lagi adalah, anda telah mengantarkan keroncong untuk tetap menjadi pemenangnya!

\partho adalah BW\

Selasa, 01 Maret 2011

PEDULI KERONCONG MELALUI LOMBA NYANYI SUNDA

Krontjong Togoe - Kharisma Keroncong 90.9LITA FM

Jika organisasi/ lembaga dan komunitas keroncong, atau pengelola program siaran acara keroncong menggelar lomba keroncong, adalah sesuatu yang lumrah. Namun, bila sebuah organisasi yang tak ada hubungannya sama sekali dengan hiruk pikuk keroncong, lalu menyelenggarakan lomba nyanyi keroncong, ini sesuatu yang patut diacungi jempol.

Adalah Himpunan Wanita Karya (HWK) Kota Cimahi, yang menunjukkan kepeduliannya dalam Lomba Nyanyi Lagu Sunda, iringan music Keroncong. Dengan menggandeng Kharisma Keroncong 90.9 LITA FM serta OK.Tiara Nada dan beberapa pendukung lainnya, mewujudkan lomba dimaksud.

Berangkat dari kepedulian yang ditunjukkan oleh HWK Kota Cimahi itu-lah, pengelola acara Kharisma Keroncong melakukan komunikasi intensif dengan beberapa pihak pegiat keroncong. Respons tinggi ditunjukkan satu diantaranya oleh Andre Juan Michiels, pimpinan Krontjong Toegoe Djakarta. Bagi Andre, ini adalah khabar yang menggembirakan bagi pengembangan keroncong kedepan di tanah air. Menurut Andre, HWK yang nyata nyata bukan organisasi keroncong saja sangat peduli dengan music keroncong, maka ia memberikan support langsung terhadap lomba ini.

Menarik dicermati adalah statemen Yun Susilowati, Ketua HWK Kota Cimahi dalam bincang bincang di acara Kharisma Keroncong 90.9 LITA FM beberapa waktu lalu. Menurut Yun, pihaknya menyelenggarakan lomba nyanyi Sunda berangkat dari upaya-nya untuk tetap melestarikan ‘bahasa ibu’ masyarakat Jawa Barat, sekaligus mengenalkan keroncong sebagai pemadu padan-nya. Dua upaya ini menurutnya bisa sangat selaras. Terbukti, lebih dari 60 orang di Cimahi – Bandung Raya dan sekitarnya, telah terdaftar menjadi peserta. Itu pula yang membuat Andre Juan Michiels, berani memberikan dukungan bersama Kharisma Keroncong.

Mereka, para peserta terdiri dari para remaja, dewasa dan lansia, Selasa 01 Maret 2011 telah merampungkan babak penyisihan, disaksikan ratusan pengunjung. Diantara mereka banyak diantaranya para pegiat keroncong. Dari ketiga kategori inilah, Rabu 02 Maret 2011 akan diadakan babak final, dengan iringan Orkes Keroncong Tiara Nada.

Bagi Andre Toegoe, sudah saatnya pegiat keroncong keluar dari kotak perdebatan mengenai teori dan mimpi belaka akan dinamika perkeroncongan secara internal. Selain terus bergiat dalam komunitas dan kegiatan demi kegiatan terbatas, pegiat harus melakukan eksyen langsung dilapangan, utamanya menyambut baik dan bergandeng tangan dengan banyak pihak ‘diluar’ keroncong, untuk terus membuat menyala ‘api semangat’ keroncong.

Pada Kharisma Keroncong, Andre menyampaikan harapannya agar kedepan banyak pihak lagi ‘ dari dalam’ keroncong, memberikan dukungan langsung kepada pihak ‘luar’, bila itu untuk memajukan keroncong. Karena Andre meyakini, Keroncong Milik Indonesia. Karena milik bangsa ini, maka setiap saat setiap waktu, sudah selayaknya upaya dalam menjaga, melestarikan dan mengembangkan keroncong tidak hanya dalam tataran debat saja.

Final Lomba Nyanyi Lagu Sunda Iringan Musik Keroncong, diselenggaran Rabu 02\03\2011 bertempat di Gedung Sasana Nunggal Bhakti, Pusdik Bekang Kodiklat TNI AD di Jalan Gatot Subroto Cimahi. Diagendakan, Andre Krontjong Toegoe akan menyerahkan penghargaan kepada pihak panitia akan segala upaya dalam pengembangan music keroncong pada perhelatan lomba tersebut. Tak hanya itu, Krontjong Toegoe pula menyumbangkan beberapa thropi untuk para pemenang lomba.

\partho\

Kamis, 03 Februari 2011

“GOES TO KAMPOENG” DENGAN KERONCONG

“GOES TO KAMPOENG” DENGAN KERONCONG
   Membawa Keroncong Ke Pemukiman Warga

Saya tidak pernah khawatir jika gagasan “Keroncong Goes To Kampoeng” ini dibilang nyontek, atau dibilang bukan original pemikiran saya. Tak ingin menjebakkan dalam polemik tersebut berkelanjutan, harus jujur saya akui bahwa yang menginspirasi rancangan program ini adalah beberapa fakta yang ada dan saya sempat ‘memotretnya’.

Pertama, jika ada pertunjukan musik keroncong selalu dikaitkan dengan pertanyaan, “Keroncong main dalam rangka apa?” lalu dijawab, “Ada hajatan”, atau “Ada order main keroncong nanti pas ada pembukaan acara (anu)…” atau, “Kita diberi kesempatan main keroncong saat nanti ada acara (anu)…dst”. Bisa ya, bisa tidak. Mungkin memang benar adanya.

Kedua, jika ada latihan keroncong, maksudnya sebuah group music keroncong berlatih sebelum pertunjukan, atau memang latihan rutin, biasanya yang terlibat “asyik”, tentu yang bersangkutan saja. Mulai dari pemain, penyanyi dan pegiatnya yang menikmati-nya dengan penuh penghayatan.

Ketiga, jika ada pertunjukan keroncong, sebagian besar biasanya “dari, oleh dan untuk” komunitas keroncong-nya saja. Ditempat tertutup, yang kurang terjangkau oleh masyarakat umum.

Keempat, Media Penyiaran (Televisi & Radio) tidak maksimal memeberikan ‘air time’ dengan beragam dasar dan alas an. Jika pun siaran “keroncong” live/ taping dilakukan di lingkungan studio. Sangat jarang liputan outdoor kegiatan keroncong atau siaran keroncong dari luar studio.

Kelima, terinspirasi dari VCD yang dibawakan oleh Mas Gus Haryanto dari Komunitas Pecinta Keroncong Lampung (KPK) Lampung, telah menjalin kerjasama dengan Tegar TV yang telah membuat program “Kroncong On The Spot”. Kerlompok Keroncong bermain di tempatnya latihan/ base camp, lalu didatangi oleh team peliput Tegar TV, Taping lalu diedit dan disiarkan melalui siaran televise local itu.

Sebenarnya, tak hanya lima hal tadi yang “mengusik” saya untuk mewujudkan “Keroncong Goes To Kampoeng”. Tanpa meremahkan dengan segala upaya yang telah dilakukan para KrontjongerS dibelahan tempat dimanapun di negeri ini, justru saya acung jempol dengan masing masing daya upaya dan kreativitasnya masing masing, nyatanya melalui FB, kita semua telah melihat beragam kegiatan keroncong telah dipublish melalui ribuan bahkan jutaan gambar.

Selain lima hal utama tadi, hal lainnya itu adalah “membawa keluar keroncong dari kotaknya”. Melalui program acara yang saya emban, siaran Kharisma Keroncong di 90.9 LITA FM Bandung, saya akan mewujudkannya mulai Februari 2011 ini untuk siaran keliling dari masing masing tempat para pegiatnya.

Saya ingin, dalam siaran keliling Keroncong Goes To Kampoeng, para pegiat yang memainkan music tjrang tjroeng tjrang tjroeng ini, mengajak serta warga sekitar untuk menikmati keroncong secara utuh penuh keakraban, tak hanya ‘dinikmati sendiri’. Mengajak serta ketua RT atau Ketua RW nya agar turut memberikan sambutan, bahkan Kepala Desa atau Lurah-nya, turut tampil untuk memberikan apresiasi. Dan kesemuanya disiarkan melalui acara Kharisma Keroncong. Sesekali, kita dengarkan apa kata “masyarakat umum” disekitar kita mengenai keroncong.

Halnya, ketika seorang kawan yang juga pegiat keroncong di Bandung, menyampaikan kepada pimpinan Kota ini, ingin “main keroncong” dikediaman beliau. Dengan sigap beliau menjawab, “Mangga, Iraha?” (Silakan, Kapan?). Betapa saya makin semangat mendengar hal itu. Pula dukungan lain dari pegiat lainnya pula, “ Lha kapan mas? InsyaAllah saya siap, saya sudah sounding ke RT/RW bahkan Lurah, dan Camat pun siap hadir”. Syukur Alhamdulillah, sekali lagi makin tak gentar saya untuk mewujudkannya.

Setelah Goes To Kampoeng, saya telah menyiapkan pula Keroncong Goes To Kantoor/Office. Main Keroncong pada hari Jumat disebuah kantor pemerintah/lembaga/ badan, pula swasta. Saat mereka merampungkan kerjanya, dihibur keroncong. Kemudian “goes goes goes lainnya”. Tak ada maksud apapun, selain “Keroncong 2 Indonesia”. Titik!!

//bw//

KHARISMA KERONCONG 2 INDONESIA

KHARISMA KERONCONG 2 INDONESIA
Perhelatan Dua Tahun, Silaturahmi Krontjongers Bandung
Bersama Koko Thole & CongYang Pesona Jiwa



Gedung Sasana Krida di Unjani kampus Cimahi itu, pada Jumat malam 21 Januari 2011 baru benar benar sepi setelah tengah malam. Hanya penjaga dan tenaga kebersihan, beberapa orang ‘tukang sound’ yang masih bertahan untuk merapikan segala peralatan yang telah usai digunakan beberapa menit sebelumnya.

Seluruh panitia, pengisi acara dan tamu undangan baru saja benar benar meninggalkan GSK, sekira pukul 00.30 WIB. Penonton yang para pecinta keroncong (pegiat dan penggemar) mampu bertahan hingga pertunjukan usai. Bahkan setengah jam setelah siaran langsung usai, musik keroncong yang mengalun makin ‘menghangat’ itu masih berkumandang, dan berakhir sekitar jam setengah dua belas malam. Itupun masih dibonus-i dengan perbincangan (sambil berdiri) non formil dengan sang pengisi acara, tentu mengenai keroncong, tak ada lagi lainnya.

Adalah Koko Thole dengan Pesona Jiwa-nya, yang mampu ‘menduduk-kan’ penonton dan tak beranjak sebelum perhelatan berakhir. Ia bersama rombongan pemusik-nya, sengaja datang untuk memeriahkan perhelatan hari jadi siaran acara Kharisma Keroncong 90.9 Lita FM, berupa silaturahmi dengan pecinta keroncong Bandung.

Januari 2011 ini, Kharisma Keroncong (KK) memang genap berusia dua tahun. Namun sebenarnya, acara siaran musik keroncong di Lita FM sudah ada sejak tahun 70-80an. Aroma pembaharuan dan konsep siaran yang tadinya hanya full request lagu lagu keroncong itu menjadi lebih berisi dan variatif sejak 2009 lalu. Selama dua tahun itu pula, KK melakukan sinergitas dengan beragam elemen. Komunitas keroncong, organisasi hingga jejaring sesama media penyiaran yang ada program keroncong-nya.

Penampilan luar biasa Koko Thole dan OK.Pesona Jiwa-nya adalah sebuah jawaban akan “kerinduang” krontjongers Bandung, pada silaturahmi dengan sesama krontjongers. Utamanya di Bandung. KK sengaja tidak membuat “undangan resmi” berbentuk kertas yang diantar kepada yang akan diundang datang. Sebab bagi KK, melalui undangan saat siaran sudah sebuah “undangan resmi”. Jikalaupun ada dua tiga lembar undangan yang dikirim, semata karena untuk menghindari yang bersangkutan, tidak mengetahui berlangsung-nya acara. Sekali lagi Koko Thole telah merekatkan elemen krontjongers Bandung. Terbukti, dari kalangan “sepuh” kalangan “muda” banyak yang datang.

Magnet Koko Thole dan berartinya silaturahmi yang difasilitasi oleh KK juga mampu menghadirkan Pengurus Besar HAMKRI (Himpunan Artis Musik Keroncong Indonesia). Iwan Kresna, Ketua HAMKRI datang bersama beberapa orang pengurusnya. Pula Andre JM Krontjong Toegoe, Ages dari TSC Jakarta, Gus Haryanto dari Komunitas Pecinta Keroncong KPK Lampung hingga Martinus Agus, Pembina OK.Rinonce Jogjakarta. Kehangatan silturahmi makin berasa dengan sambutan krontjongers Bandung; diantaranya perwakilan dari YPK Tjroeng, KC dan para pegiat/ pimpinan orkes keroncong di Bandung dan Cimahi.

Tak hanya penampilan Koko Thole dan CongYang Pesona Jiwa-nya plus sang vokalis ‘merdu suara’ Yurita Badrun, tampil pula Beiby Astheria penyanyi country yang menyumbangkan suara khasnya, krontjongers belia Bandung Mustika Andini, pula tampil Adhit Kencana dan Herra yang sengaja datang untuk turut memeriahkan silaturahmi. Berbagi keceriaan dan kebahagiaan, krontjongers yang hadir juga turut menyisihkan sebagian rizkinya dengan mengumpulkan sumbangan. Terkumpul sekitar 1,5 juta rupiah yang langsung diserahkan oleh Widarto yang didampingi senior krontjongers Bandung lainnya Soewarno, Romdhoni dan Dwi Hermawan kepada Martinus, untuk disalurkan kepada korban pasca erupsi gunung Merapi di Jogjakarta.

KK 2 Indonesia, adalah cerminan harmonisnya sebuah silaturahmi. Perhelatan sederhana ini disupport oleh YPK Tjroeng, DPP HAMKRI, UNJANI dan beberapa partisan. Diantaranya Tamansari Manglayang Regency, Bakso Candi, dan Mustika Hegar Regency serta The Oxygen – Keroncong Entertainer Bandung. Pula turut mendapatkan dukungan untuk jamuan makan para pemusiknya dari Sate Klaten Bu Sri, Gudeg Jogja Mbah Bedjo, dan Baso Tahu Asli Adi Rasa.
//partho//


Selasa, 20 Juli 2010

Pameran Alat Musik Keroncong di Arena Lampung Fair 2010

Alat Musik Keroncong ini di buat oleh Anak Bangsa Indonesia.tepatnya di Kota Solo, yang memiliki Kwalitasnya tidak kalah dengan buatan Luar Negeri, kreatifitasnya dapat di hargai dengan cara membeli alat musik ini secara langsung dengan menghubungi kami